RockYou FXText

Argo Komunikasi

Argo Komunikasi

PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI SEKTOR PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DKI JAKARTA

Kamis, Februari 26, 2009 / Diposting oleh Argo Blog's II /

PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

SEKTOR PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DI DKI JAKARTA


I. PENDAHULUAN

Saat ini kita memasuki Era Globalisasi yang secara nyata harus kita jalani dengan kondisi dan situasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan. Karena itu upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) melalui pendidikan perlu terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan pembangunan yang tidak lepas dari tuntutan pasar kerja baik untuk skala lokal, nasional, regional maupun internasional.

Persaingan global antara Negara-negara di dunia khususnya di bidang industri dan perdagangan menjadi semakin ketat, yang akan membawa perubahan yang sangat cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini di satu sisi akan membuka peluang mempercepat laju pembangunan, tetapi di sisi lain akan memberi tantangan terhadap peningkatan kualitas SDM.

Salah satu variabel yang determinan untuk melihat apakah suatu negara dikatakan sebagai negara maju, berkembang atau negara miskin adalah dari sisi pendidikan. Bila pendidikan suatu negara baik dan bermutu maka negara itu adalah negara maju dan kuat. Sebaliknya jika pendidikan suatu negara lemah, amburadul, maka negara tersebut adalah negara yang miskin dan lemah.

Indonesia tergolong sebagai negara yang kaya tapi terus didera kemiskinan (kaya tapi miskin). Bila kenyataannya demikian maka sistem pendidikan Indonesia berarti berjalan dengan baik. Implikasi dari hal tersebut maka SDM di Indonesia masih rendah. Berdasarkan catatan yang ditulis oleh Harian Kompas, 24 Febuari 2002 ternyata kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah bahkan di bawah bangsa Vietnam.

Mengantisipasi kondisi indonsia sebagaimana disebutkan diatas, perlu upaya membrdayakan peserta didik. Alternatif pemberdayan dalam rangka memberikan nilai tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa adalah melaui entrpreneurship agar peserta didik tidak hanya berorintasi dan mampu menjadi pekerja, tetapi juga berorintasi dan mampu bekerja mandiri serta mengelola usaha. Kegiatan enterpreneurship tidak hanya diupayakan di lingkungan Perguruan Tinggi, tetapi juga diupayakan di lingkungan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Upaya ini merupakan perwujudan sinergik pengembangan sains dan teknologi dengan penerapannya melalui pembelajaran yang membekali budaya entrepreneurship.

Faktor lain yang menambah persoalan pendidikan di Indonesia adalah manajemen pendidikan. Seringnya kurikulum diganti, kurangnya jiwa entrpreneurship, rendahnya kualitas output pendidikan menunjukkan betapa lemahnya manajamen pendidikan sekolah di Indonesia.

2. Pokok Permasalahan

Ironisnya sampai dengan berakhirnya abad ke 20 pembangunan sumber daya manusia di hampir seluruh wilayah Indonesia, ternyata belum mengarah kepada kondisi yang di harapkan. Hal ini di tandai dengan :

  1. Struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja yang kurang terdidik, sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
  2. Penyiapan tenaga kerja tingkat menengah terkesan hanya dilakukan oleh SMK , sementara sebagian besar tamatan SMA dan yang sederajat banyak tidak melanjutkan pendidikan dan masuk pasar kerja.
  3. Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah
  4. Tingkat pengangguran tamatan sekolah menengah menunjukan angka 12 % untuk tamatan SMK, di tambah lagi dengan tingkat pengangguran tamatan SMA sebanyak 18 % ( SUPAS 1995 )
  5. Penguasaan kompetensi dan produktifitas tenaga kerja Indonesia masih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara . Semua ini menyebabkan tenaga kerja Indonesia sulit bersaing, bahkan tidak sedikit peluang pekerja yang ada di Indonesia di isi oleh orang asing.

Untuk mengantisipasi tuntutan dan permasalahan tersebut diatas, maka upaya – upaya pembangunan harus memberi prioritas pada upaya peningkatan kualitas SDM.

3. landasan Teori

A. LERNING AND TRAINING ADVANTAGE

Akhir – akhir ini dalam era persaingan bebas muncul keunggulan yang bersumber dari belajar dan pelatihan sumber daya manusia yakni training and learning advatage. Sumber daya manusia merupakan keunggulan yang dinamis oleh karena itu, sangat penting melakukan proses belajar dan latihan secara terus menerus untuk meningkatkan keunggulan kompetitif secara dinamis dalam memasuki era globalisasi dan liberalisme pasar, sebab dalam kompetisi habis – habisan (hyper competition) keunggulan kompetitif menjadi kata kuncinya. Uraian Arrow mengenai implikasi ekonomi dari proses belajar atau pelatihan dengan mengerjakan learning by doing yang pada dasarnya sejalan dengan teori Learning Advantage.

B. TUJUAN KESEJAHTERAAN FULL LIFE

Kesejahteraan manusia adalah merupakan tujuan fundamental dari kegiatan ekonomi. Menurut Frances Stewart (1986), tujuan full life bersifat multi dimensional bersangkut paut dengan keberadaan dan kesejahteraan fisik yang berkaitan dengan pemenuhan barang jasa termasuk kesehatan, pendidikan serta kesejahteraan yang bersifat non fisik seperti kebebasan, demokrasi, persyaratan kerja, keamanan, rasa aman dan sebagainya.

C. DAMPAK KUALITAS MODAL MANUSIA

Menurut teori ekonomi klasik faktor produksi terdiri dari kapital, tenaga kerja dan tanah. Dari segi kualitas kerja besarnya jumlah angkatan kerja yang bekerja (terlibat dalam proses produksi) ditentukan oleh banyaknya banyaknya kesempatan kerja yang tersedia (employment). Disamping besarnya jumlah pekerja, mutu pekerja juga sangat berpengaruh dalam proses produksi. Dimana kulaitas modal manusia dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kesehatan dan keamanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas modal manusia dianggap semakin baik. sebagai hasil dari pembangunan ekonomi.

D. KONSEP MODAL MANUSIA

Sumber daya manusia merupakan dasar kekayaan suatu bangsa. Dalam hal ini manusia merupakan faktor yang aktif, yang bisa mengumpulkan modal, mengeksploitasi sumber – sumber daya alam, membangun organisasi – organisasi sosial, ekonomi dan politik serta melaksanakan pembangunan nasional (Harbison, 1973).

Mengulas tentang penyebaran dan penigkatan pendidikan yang memperlancar diseminasi dan pemanfaatan teknologi secara produktif sehingga pada tahap berikutnya mendorong mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga serta secara khusus taraf hidup para pekerja. Dibawah ini ada beberapa hal dalam konsep modal manusia yaitu:

1. kualitas modal manusia, Diseminasi Teknologi dan Pertumbuhan Produktifitas

Dengan menggunakan metode perhitungan pertumbuahan, Denison menganalisa kontribusi kuantitas pendidikan terhadap pertumbuhan atau meningkatkan kualitas tenaga kerja. Dalam penelitiannya, Denison menemukan 21,5% pertumbuhan pendapatan nasional per orang yang bekerja di Amerika Serikat periode 1948 – 1973 adalah karena pendidikan.

Pendidikan memberikan kontribusi persentase positif terhadap penigkatan pendapatan perkapita sejak 1973 sampai sekarang. Hampir seluruh teknologi berlangsung melalui proses pendidikan formal, baik pendidikan umum maupun kejuruan.

Teknologi yang tidak dimanfaatkan dalam proses produksi hanya memiliki pengaruh ekonomis yang kecil. Dalam hal ini diseminasi teknologi melalui pendidikan dapat di gunakan dalam proses produksi sedangkan diseminasi melalaui teknologi dalam bidang fisik adalah merupakan kata kunci utama bagi perbaikan standar kehidupan semua negeri. Penigkatan modal fisik harus didukung tenaga kerja terdidik yang akan memberikan hasil positif, hal tersebut merupakan keadaan yang saling melengkapi. Sifat tersebut sangat penting, antara lain investasi yang cukup tinggi pada pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung investasi pada modal fisik sehingga menjadikan pendidikan sebagai kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Modal Manusia dan Keunggulan Komperatif

Dalam bidang pertanian TW Schultz dengan meyakinkan secara empiris menghimpun proporsi bahwa tenaga kerjan yang berpendidikan dapat memanfaatkan teknologi baru secara lebih efektif. Serta bidang industri dimana perubahan teknologi lebih cepat seperti investasi lebih besar memperlihatkan pendidikan bersifat produktif bagi banyak pekerja lebih terpakai.

Keunggulan komperatif jauh lebih penting dalam hal karakteristik tenaga kerja terdidik. Indonesia misalnya karena biaya tingkat pendidikan sangat mahal membuat sumber daya manusia kurang mendapatkan keunggulan komperatif sehingga menghasilkan tenaga kerja yang relatif lebih murah, karena itu mengakibatkan keadaan ekonomi yang sangat rendah.

E. MODEL KEMITRAAN SINERGIK DUNIA USAHA DAN PENDIDIKAN / PELATIHAN

  1. Pembanguan Visi dan Misi Keunggulag jesn

Membangun keunggulan kompetitif yang dinamis melalui pendidikan dan pelatiahan memiliki akar yang kuat dengan landasan yang benar – benar visioner dan missioner.

Indonesia perlu membangun dan mengembangkan visi, misi dan strategis keunggulan komperatif dan kompetitifnya berlandaskan keunggulan sumber daya manusia. Dengan dilandasi visi dan misi yang jelas memasuki era globalisasi dan liberalisasi ekonomi maka Indonesia berpeluang untuk merebut kembali gelar miracle economy.

  1. Model Kemitraan Sinergik

Model kemitraan Sinergik dunia usaha dan pendidikan / pelatihan di berbagai negara barat dapat diberi contoh, antara lain :

a. INGGRIS

1) Training and Enterprice Councils (TECs), England

2) Education Business Parterneship (EPBs)

3) Local Enterprise Companies (LECs)

    1. AMERIKA

1) Economic and Industrial Understanding (EIU)

2) The Council On Economic Education (CEE)

3) The Developmental Economic Education Program (DEEP)

    1. KANADA

1) Industry Education Council (IEC)

2) Hamilton-Wentworth Employment Consortium (HWEC)

3) Classroom in the Work Place (CIW)

4. Pembahasan

A. Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020

Reposisi pendidikan kejuruan di Indonesia dilakukan melalui langkah re-engineering atau penataan ulang sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan secara menyeluruh. Karena itu sebagai tahap awal perlu dilakukan Re-engineering SMK sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan yang sudah ada di hampir seluruh wilayah kabupaten/kota.

Dalam pembahasan bagian ini adalah penataan sistem Diklat Kejuruan yang ada di jalur pendidikan fomal, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan sistem diklat yang permeabel dan fleksibel serta peningkatan mutu diklat melalui pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi. Sistem diklat yang permeabel dan fleksibel pada hakikatnya adalah sistem diklat yang memungkinkan setiap peserta didik pindah dari dan ke satuan diklat yang berbeda, serta memungkinkan mereka untuk menyesuaikan rencana belajarnya berdasarkan kemampuan, cara – cara dan iramanya masing –masing. Diklat yang berbasis kompetensi adalah diklat yang menitikberatkan pada peguasaan pengetahuan dan keterampilan spesifik dan sikap sesuai dengan yang harus dilakukan dan diterapkan di dunia kerja.

A. Karakteristik sistem yang diinginkan diklat yang permeabel dan fleksibel antara lain :

1) Jenis program dikembangkan atas dasar tuntutan kebutuhan dunia kerja ( Demand Driven).

2) Program pembelajaran yang dikembangkan dan dilaksanakan mengacu pada pencapaian kompetensi terstandar.

3) Program diklat dirancang utnuk dapat diselenggarakan pada berbagai jenis lembaga diklat.

4) Kemampuan yang telah dimiliki oleh calon peserta diklat diatur melalui mekanisme Recognition of Prior Learnig (RPL) dan Recognition of Current Competency (RCC).

5) Adanya mekanisme multi entry exit yang memberi peluang bagi setiap peserta diklat untuk mengikuti program mulai dari kompetensi yang merupakan kelnjutan dari kompetensi yang telah dikuasainya, dan mengakhiri program pada akhir kompetensi tertentu

6) Program diklat yang dialaksanakan dirancang secara terintegrasi antara program pembelajaran disekolah dengan pelatihan di dunia kerja.

7) Program diklat memberikan keseimbangan fokus antara sektor formal dan informal.

B. Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi

Pada hakikatnya berfokus pada apa yang dapat dilakukan seseorang (kompeten) sebagai hasil dari pembelajaran. Seseorang dikatakan kompeten apabila mampu melaksanakan tugas – tugas yang ada di dunia kerja, artinya harus mampu mentransfer ketrampilan dan pengetahuan pada kondisi dunia kerja, merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaan serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam pekerjaan.

C. Re-engineering SMK

Yang dimaksud Re-engineering SMK adalh penataan bidang/program keahlian penataan ( sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan menuju peningkatan peran SMK menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Terpadu (PPKT). Hasil yang diharapkan dengan adanya Re-engineering SMK adalah :

1. Tertatanya bidang dan program keahlian SMK sesuai dengan potensi wilayah dan kebutuhanpasar kerja

2. Terlaksananya pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi (competency Based Training)

3. Terselengaranya sisitem diklat yang permeabel dan fleksil

4. terbentuknya SMK yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Terpadu (PPKT) yang mampu menyelenggarakan :